Profil Desa Bukateja

Ketahui informasi secara rinci Desa Bukateja mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Bukateja

Tentang Kami

Menyelami profil Desa Bukateja di Balapulang, Tegal, sebuah wilayah agraris dengan "Sawah Batu" yang unik. Menggali potensi ekonomi lewat desa wisata rintisan, menghadapi tantangan urbanisasi, serta berakar pada budaya Jawa Tegalan yang khas di lereng Sla

  • Identitas Agraris Unik

    Desa Bukateja memiliki karakteristik utama berupa "Sawah Batu", yaitu area persawahan yang dipenuhi bebatuan vulkanik sisa letusan Gunung Slamet, di mana bebatuan tersebut ditata menjadi pematang sawah yang khas.

  • Potensi Wisata Rintisan

    Sebagai respons terhadap tantangan ekonomi dan urbanisasi, desa ini telah merintis "Desa Wisata Sawah Batu" yang menawarkan pengalaman alam, kuliner tradisional, dan keindahan senja di lanskap perbukitan.

  • Tantangan Ganda

    Desa ini menghadapi dua tantangan utama, yakni masalah lingkungan berupa potensi krisis air di musim kemarau dan masalah sosial-ekonomi berupa tingginya angka urbanisasi pemuda yang mengancam regenerasi petani dan pelestarian budaya lokal.

Pasang Disini

Terletak di lanskap perbukitan Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Desa Bukateja menyajikan perpaduan unik antara tradisi agraris yang khas dan geliat pengembangan potensi wisata. Dikenal dengan kontur persawahan berbatu yang menjadi ciri geografis utamanya, desa ini berupaya menavigasi tantangan modern seperti urbanisasi pemuda sambil merintis jalan baru melalui sektor pariwisata untuk mengangkat perekonomian lokal. Berada sekitar 13 kilometer di sebelah selatan Slawi, ibu kota Kabupaten Tegal, desa ini menjadi representasi dari denyut kehidupan pedesaan yang dinamis di lereng Gunung Slamet.Secara administratif, Desa Bukateja merupakan salah satu dari 20 desa di wilayah Kecamatan Balapulang. Letaknya yang strategis di bagian tengah-selatan kabupaten menjadikan desa ini sebagai bagian penting dari koridor agraris dan pengembangan wilayah selatan Tegal.

Kondisi Geografis dan Demografi

Desa Bukateja membentang di atas wilayah dengan topografi yang didominasi perbukitan dan lahan pertanian. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kecamatan Balapulang menunjukkan bahwa wilayah kecamatan ini secara umum berada pada ketinggian rata-rata 109 meter di atas permukaan laut, dengan beberapa area di perbatasan, termasuk di sekitar Bukateja yang berdekatan dengan Kecamatan Bumijawa, mencapai ketinggian hingga 660 mdpl.

Luas wilayah Desa Bukateja, menurut data portal Kecamatan Balapulang, ialah 3,30 kilometer persegi (330 hektar). Berdasarkan data yang dihimpun dari sebuah jurnal pada tahun 2020, desa ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 3.757 jiwa, yang terdiri dari 1.853 laki-laki dan 1.904 perempuan, dengan total 855 kepala keluarga (KK). Dari data tersebut, dapat dihitung kepadatan penduduk Desa Bukateja mencapai sekitar 1.138 jiwa per kilometer persegi. Angka ini menunjukkan tingkat kepadatan yang cukup signifikan untuk sebuah wilayah perdesaan, menandakan pentingnya pengelolaan sumber daya lahan dan lingkungan.

Batas-batas wilayah Desa Bukateja secara umum mengikuti batas administratif Kecamatan Balapulang. Di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pagerbarang, di timur dengan Kecamatan Jatinegara dan Lebaksiu, di selatan dengan Kecamatan Bumijawa dan Bojong, serta di barat dengan Kecamatan Margasari. Keberadaan desa di wilayah perbukitan ini juga memengaruhi hidrologi, dengan banyak aliran sungai kecil yang menjadi sumber pengairan bagi lahan-lahan pertanian warga.

Perekonomian Berbasis Agraris dan Karakteristik "Sawah Batu"

Tulang punggung perekonomian masyarakat Desa Bukateja yaitu sektor pertanian. Keunikan utama yang mendefinisikan praktik pertanian di sini merupakan fenomena "Sawah Batu". Lanskap persawahan di Bukateja tidak seperti pada umumnya; area ini dipenuhi oleh bebatuan sisa aktivitas vulkanik purba Gunung Slamet yang tersebar di permukaan maupun di bawah lapisan tanah.

Selama bertahun-tahun, para petani lokal beradaptasi dengan kondisi alam ini. Bebatuan berukuran kecil hingga sedang mereka kumpulkan dan tata rapi menjadi pematang sawah yang kokoh dan artistik. Sementara itu, batu-batu berukuran besar yang sulit dipindahkan sering kali dibiarkan di tempatnya, menciptakan pemandangan sawah yang khas dan eksotis. Karakteristik inilah yang menjadi identitas agraris Desa Bukateja.

Komoditas utama yang diusahakan ialah padi. Meskipun tanahnya subur, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi para petani ialah minimnya ketersediaan air pada musim kemarau, yang tidak hanya berdampak pada irigasi sawah tetapi juga pemenuhan kebutuhan air bersih sehari-hari. Selain padi, sebagian warga juga menanam komoditas lain seperti jagung, singkong, serta memanfaatkan pekarangan untuk tanaman buah-buahan dan tanaman obat keluarga sebagai sumber ekonomi tambahan.

Fenomena urbanisasi menjadi isu sosial dan ekonomi yang signifikan. Banyak pemuda usia produktif memilih untuk merantau ke kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung untuk mencari peluang kerja di luar sektor pertanian. Hal ini menciptakan tantangan regenerasi petani dan kurangnya sumber daya manusia inovatif untuk pembangunan desa.

Rintisan Desa Wisata "Sawah Batu"

Menyadari keunikan lanskap dan tantangan ekonomi yang ada, Pemerintah Desa Bukateja, yang pada saat peluncuran di tahun 2019 dipimpin oleh Kepala Desa Supendi, menginisiasi sebuah terobosan. Bekerja sama dengan berbagai pihak, lahirlah konsep "Desa Wisata Sawah Batu". Gagasan ini bertujuan untuk mengubah karakteristik alam yang dianggap sebagai kendala menjadi sebuah atraksi unggulan.

Peluncuran resmi Desa Wisata Sawah Batu pada akhir November 2019 menandai harapan baru bagi masyarakat. Konsep yang ditawarkan berpusat pada pengalaman menikmati keindahan alam pedesaan yang otentik. Berbagai fasilitas pendukung dibangun secara swadaya oleh masyarakat dengan menggunakan material ramah lingkungan, terutama bambu. Terdapat jalan setapak dari anyaman bambu yang membentang di tengah sawah, saung-saung (gazebo) untuk bersantai dan sebuah panggung terbuka untuk pertunjukan seni budaya.

Salah satu kutipan yang menggambarkan semangat di balik inisiatif ini datang dari Bupati Tegal, Umi Azizah, saat peresmian. Beliau menyatakan apresiasinya terhadap inovasi tersebut sebagai langkah luar biasa untuk pemberdayaan ekonomi desa. "Ini adalah contoh bagaimana potensi lokal dapat dikembangkan menjadi sesuatu yang memiliki nilai jual tanpa merusak alam," ujarnya kala itu.

Wisata Sawah Batu juga dirancang dengan konsep kuliner tradisional. Pengunjung dapat menikmati hidangan khas Tegalan yang disajikan dengan kemasan non-plastik, seperti daun pisang atau piring lidi, sebagai bagian dari kampanye zero plastic waste. Momen paling ideal untuk mengunjungi lokasi ini ialah pada sore hari, di mana pengunjung dapat menyaksikan matahari terbenam dengan siluet perbukitan Clirit yang menawan.

Namun pasca-peluncuran dan menghadapi periode pandemi, informasi mengenai perkembangan terkini dari Desa Wisata Sawah Batu sangat terbatas. Data dari platform Desa Wisata Nusantara (Jadesta) masih mengkategorikan Sawah Batu Bukateja sebagai "Desa Wisata Rintisan" tanpa pembaruan signifikan terkait fasilitas maupun paket wisata. Ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah desa dan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) setempat untuk merevitalisasi dan mempromosikan kembali potensi yang sudah ada.

Pemerintahan dan Kehidupan Sosial Budaya

Roda pemerintahan di Desa Bukateja dijalankan oleh seorang Kepala Desa beserta jajaran perangkatnya, di bawah naungan Kecamatan Balapulang. Struktur pemerintahan ini bertanggung jawab atas administrasi kependudukan, perencanaan pembangunan, serta pemberdayaan masyarakat.

Kehidupan sosial masyarakatnya sangat erat dengan budaya Jawa Tegalan, yang tercermin dari penggunaan dialek "Tegalan" dalam komunikasi sehari-hari. Tradisi gotong royong dan kebersamaan masih cukup kental, terbukti dari pembangunan fasilitas desa wisata yang banyak mengandalkan swadaya masyarakat.

Meski demikian, seperti disebutkan sebelumnya, tantangan tergerusnya warisan leluhur akibat urbanisasi kaum muda menjadi perhatian. Minimnya keterlibatan generasi penerus berisiko membuat tradisi lokal, kesenian, hingga cerita sejarah desa perlahan memudar. Oleh karena itu, inisiatif seperti desa wisata diharapkan tidak hanya berdampak secara ekonomi, tetapi juga mampu menjadi medium untuk merevitalisasi dan memperkenalkan kembali kekayaan budaya lokal kepada generasi muda dan dunia luar.

Sebuah Potensi yang Menanti Sentuhan Berkelanjutan

Desa Bukateja berdiri di persimpangan jalan antara mempertahankan warisan agrarisnya yang unik dan menyambut peluang ekonomi baru. "Sawah Batu" bukan hanya sekadar lanskap, melainkan sebuah bukti adaptasi dan kerja keras masyarakatnya selama bertahun-tahun. Inisiatif Desa Wisata Sawah Batu merupakan langkah cerdas dan visioner, namun keberlanjutannya menuntut komitmen, inovasi, dan promosi yang konsisten.

Keberhasilan Bukateja di masa depan akan sangat bergantung pada kemampuannya mengatasi tantangan klasik pedesaan seperti keterbatasan air, urbanisasi, dan regenerasi sumber daya manusia. Dengan sinergi yang kuat antara pemerintah desa, masyarakat lokal, kaum muda, dan dukungan dari pemerintah kabupaten, Desa Bukateja memiliki potensi besar untuk tidak hanya menjadi lumbung pangan, tetapi juga destinasi wisata yang berkesan dan menyejahterakan warganya.